Orang Tidak Senang Gunakan Alat Perlindungan Diri, Kenapa?


Alat Perlindungan Diri pada intinya sebagai alat yang penting, karena alat itu ialah usaha paling akhir dalam usaha membuat perlindungan karyawan sesudah usaha eksperimen (engineering) dan administratif oleh perusahaan (alat perlindungan diri, 2008). Hal itu ditujukan membuat perlindungan atau kurangi tingkat kecelakaan kerja yang sering terjadi karena perlakuan penjagaan lewat eksperimen (engineering) seperti pembaruan alat atau mesin kerja yang tidak dapat dilaksanakan oleh perusahaan. APD sendiri mempunyai berbagai macam tipe, hal itu bergantung pada risiko yang bakal ditemui di lingkungan kerja. Beberapa macam macamnya yakni safety helmet, sabuk keselamatan dan tali pengaman (safety belt dan harness), sepatu karet (sepatu boot), sepatu perlindungan (safety shoes), sarung tangan, penutup telinga (ear Socket / ear Muff), kacamata pengaman (safety glasses), masker (respirator), perlindungan muka (Face Shield), jas hujan (rain coat) (Alat perlindungan diri 2012).


Kejadian kecelakaan kerja di Indonesia umum terjadi jika dibanding dengan negara lain karena kurang pahami keutamaan pemakaian APD. Berdasar data PT JAMSOSTEK (2010), dari Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemenakertrans) jika selama setahun 2009 saja terjadi 54.395 kasus kecelakaan. Bila diibaratkan 264 hari kerja dalam satu tahun, karena itu rerata ada 17 tenaga kerja alami cacat peranan karena kecelakaan kerja tiap hari. Sepatu Safety proyek Terbaik bisa menjadi patokan untuk kamu.


Beberapa peristiwa kecelakaan kerja di Indonesia disebabkan karena karyawan yang tidak mengaplikasikan standard safety yang komplet seperti pemakaian APD. Hal itu dapat disaksikan dari beberapa kasus kecelakaan yang pernah terjadi dan pemicu kecelakaan dari tahun ke tahun selalu berkali-kali dan berkesan setiap kasus kecelakaan kerja yang pernah terjadi tidak dilaksanakan evalusi dan pembaruan oleh perusahaan atau karyawan di Indonesia supaya tidak ada kembali nantinya. Maka hingga saat ini sebagai pemicu kecelakaan tetap sama yakni tanpa standard keamanan yang komplet seperti pemakaian APD. Hal tesebut bukan hanya terjadi pada satu sektor saja, namun terjadi di semua sektor pekerjaan. Adapun contoh-contoh kasusnya sebagai berikut :


Kasus kecelakaan yang terjadi di bulan agustus 2007, Karyawan tidak memakai standard keamanan kerja seperti safety helmet, sepatu safety dan safety belt, menyebabkan 2 karyawan kuli bangunan alami kecelakaan yang memunculkan kematian saat bekerja di Apartemen Kelapa Gading Square, Jl Boulevard Kelapa Gading Barat, Jakarta Utara (detik.com 2007).

Kasus kecelakaan yang terjadi pada 16 Mei 2011, Seorang karyawan wafat secara ironis sesudah jatuh dari lantai 6 hotel Amaris di Jalan Raya Pajajaran Bogor tengah Kota Bogor dengan cedera kronis di kepala dan tulang belakang. Korban jatuh karena tergelincir di tempat yang licin karena turun hujan lebat dan korban tidak menggunakan tidak memakai helm pengaman dan safety belt (Pos kota 2011).

Kecelakaan yang terjadi pada 29 April 2012, Seoarang karyawan bangunan yang kerjakan plafon meninggal jatuh dari lantai tiga di mal Cibinong Square, Korban meninggal karena cedera di bagian kepalanya. Karyawan tidak memakai helm pengaman dan safety belt (okezone.com 2012).

Berdasar peristiwa kecelakaan di atas, jika ada sikap karyawan Indonesia yang buruk dalam pahami risiko kecelakaan yang kemungkinan terjadi seperti peristiwa awalnya dan tidak pahami begitu keutamaan perlengkapan safety untuk dipakai di lingkungan yang mempunyai risiko kecelakaan sebagai keamanan dianya. Hal itu memvisualisasikan sikap karyawan kurang sensitif akan keutamaan keselamatan untuk dianya. Sikap karyawan khususnya di Indonesia yang meremehkan pemakaian perlengkapan safety (APD) karena beberapa argumen baik disengaja atau tidak disengaja. Berdasar hasil survey ada 5 argumen yang tersering di jelaskan untuk karyawan yang tidak memakai APD (tanpa APD 2010), seperti berikut :


a. Lupa karena tergesa-gesa


Argumen itu dapat dikarenakan oleh :


Karyawan tiba telat saat bekerja.

Karyawan lupa perlengkapan safety apa yang perlu akan digunakannya pada situasi keadaan kerja yang bakal ditemuinya.

Jalan keluarnya :


Aplikasikan ragu untuk karyawan yang telat hingga tidak menggunakan APD dan karyawan selalu diingatkan untuk menggunakannya.

Berikan info standard proses pemakaian APD. Misalkan di tempel gambar pemakaian beberapa macam APD dan di lingkungan mana saja memakai beberapa alat itu. Info itu bisa ditempel di tempat atau lingkungan yang berhaya untuk karyawan atau juga bisa pada tempat seputar tempat di mana APD itu ditempatkan.

b. Tidak nyaman untuk digunakan


Argumen itu dapat dikarenakan oleh :


Berasa risi karena tidak terlatih menggunakannya.

Berasa malu karena wujud dari Alat Pelindung Diri berkesan aneh untuk karyawan yang masih belum pernah menyaksikan dan menggunakan awalnya.

Ukuran tidak sesuai ukuran badan setiap karyawan.

Beratnya APD menambahkan beban badan saat bekerja.

Jalan keluarnya :


Memberi keterangan akan keutamaan APD dan melatih mereka selalu menggunakannya pada keadaan apa saja.

Memberi keterangan mengenai APD dan memberikan beberapa macam memiliki bentuk dan faedah manfaatnya. Disamping itu , perusahaan perlu memberi info ke karyawan jika banyak orang menggunakan APD di semua sektor pekerjaan.

Menjadikan pemakaian APD sebagai budaya perusahaan dan sebagai satu filosofi jika ada dalam tempat kerja harus gunakan APD.

Selalu bertanya adakah permasalahan pada ukuran atau beratnya. Ini ditujukan supaya perusahaan sediakan yang selaras ataukah pikirkan alternative lain supaya karyawan masih aman.

Memberi contoh langkah pemakaian yang betul, hingga jika digunakan berasa nyaman.

c. Kurang memahami kapan waktu menggunakannya


Argumen itu dapat dikarenakan oleh :


Tidak ada pelatihan yang dilaksanakan oleh perusahaan mengenai pengetahuan kapan karyawan harus memakainya.

Karyawan dapat materi pelatihan, tapi belum pahaminya.

Jalan keluarnya :


Seharusnya perusahaan selalu melangsungkan pelatihan mengenai APD. Hal itu akan membuat karyawan memahami kapan mereka menggunakannya, dan pahami pada keadaan atau lingkungan yang bagaimana harus memakainya.

Sesudah bisa materi pelatihan, karyawan harus memberi info tercatat ke perusahaan jika mereka telah memahami. Hal itu dilaksanakan supaya karyawan tidak memberi argumen seperti awalnya yakni kurang memahami mengenai waktu pemakaiannya bila terjadi kekeliruan tidak menggunakan APD.

d. Tidak ada/ tidak punyai waktu untuk menggunakan


Argumen itu dapat dikarenakan oleh :


Jarak di antara waktu kehadiran karyawan sama waktu di awalnya pekerjaan amat sedikit. Maka karyawan tiba langsung lakukan aktivitas pekerjaan hingga tidak sempat pernah memakai APD.

Tidak ada interval waktu saat pekejaan di tempat lingkungan yang satu dengan lanjut ke tempat lainnya. Misalkan karyawan sebelumnya bekerja diarea yang mewajibkan memakai safety helmet, selanjutnya dia segera meneruskan pekerjaan lainnya di tempat yang diwajibkan memakai safety belt dan tali pengaman tanpa waktu interval hingga karyawan tidak meluangkan diri untuk menggunakannya.

Jalan keluarnya :


Aplikasikan disiplin pada pegawai saat tiba di perusahaan. Misalkan mengaplikasikan ketentuan jika karyawan harus tiba 30 menit saat sebelum di awalnya pekerjaan.

Jika pekerjaan yang satu selanjutnya lanjut ke pekerjaan lainnya, seharusnya dikasih waktu interval beberapa waktu supaya karyawan bisa memakai APD tipe lain sesuai risiko dari lingkungan itu. Hal itu perlu dilaksanakan bila memang karyawan harus menggunakan APD yang lain dari mulanya.

e. Berasa Tidak nahas


Argumen itu dapat dikarenakan oleh :


Karyawan berasa benar-benar percaya jika tanpa APD tetap aman. Hal itu karena berasumsi jika apa yang bakal dilakukan aman dan tidak memunculkan risiko kecelakaan.

Karena sikap awalnya, di mana saat tidak memakai APD rupanya aman. Maka hal itu membuat karyawan beranggapan jika saat ini tentu aman seperti awalnya.

Jalan keluarnya :


Perlu dilaksanakan satu komunitas dialog atau seminar mengenai keutamaan pahami keadaan yang memvisualisasikan peluang risiko kecelakaan. Dalam masalah ini, pembicara dari korban kecelakaan yang awalnya berasa percaya tidak nahas saat bekerja. Ini untuk memberi keterangan jika kecelakaan terjadi kemungkinan, hingga karyawan selalu harus gunakan APD meskipun berasa tidak nahas.

Berkomunikasi dengan karyawan dengan datangkan seorang psikiater. Dalam Ini, psikiater mempunyai tujuan mengubah penglihatan karyawan misalkan berpandangan jika tempo hari aman bermakna saat ini aman dirubah persepsinya yakni saat ini aman, esok belum pasti aman. Disamping itu , memberi satu keterangan mengenai keutamaan satu kehidupan untuk karyawan. Bila karyawan telah memahami akan keutamaan satu kehidupan tentu akan siaga pada terjadinya kemungkinan kecelakaan, hingga mengetahui jika APD penting untuk dipakai saat bekerja.


Share this:

ABOUT THE AUTHOR

Ceyron Louis

A web designer from India. And then you write some more information about yourself like this to fill out the space that is left.

0 komentar:

Posting Komentar